Hanya sedikit orang yang tahu bahwa air bersih yang kita gunakan setiap hari masih harus melalui proses yang panjang, mulai dari menyimpan air di sumbernya hingga menambahkan zat yang membunuh mikroba berbahaya. Jadi pengolahan air bersih hingga bisa menjadi air siap minum sebenarnya tidaklah mudah.
Ketersediaan Air Bersih
Saat ini, lebih dari 630 juta orang tidak memiliki akses ke air minum yang aman dan bersih. Kemudian air minum yang buruk menyebabkan anak mengalami diare setiap waktu bahkan jika tidak ditangani dengan tepat dapat menyebabkan dehidrasi hingga masalah serius. Hal ini membuktikan bahwa ketersediaan air minum bersih masih belum mencukupi kebutuhan sebagian besar penduduk di berbagai belahan dunia.
Badan Pusat Statistik mengatakan ketersediaan air bersih masih belum merata di Indonesia. Dari tahun 1995 hingga 2018, Jawa merupakan pemasok air bersih terbesar. Namun, di provinsi lain, jumlah air bersih per meter kubik masih sedikit dan berfluktuasi signifikan dari tahun ke tahun. Oleh karena itu, ketersediaan air bersih secara global dan nasional menjadi isu utama yang harus ditangani.
Proses Pengolahan Air Limbah
Salah satu limbah paling sering dihasilkan sehari-hari yaitu air kotor. Tentunya limbah ini dapat dimanfaatkan kembali untuk didaur ulang sehingga menghasilkan air bersih yang layak konsumsi. Namun, ada beberapa langkah yang harus ditempuh untuk mendapatkan air bersih yang layak dikonsumsi. Langkah-langkah pengolahan air bersih ini adalah:
- Koagulasi dan Flokulasi : proses koagulasi yaitu pemilihan zat kaogulan dengan pertimbangan seperti kualitas dan jumlah air yang akan diolah, tingkat kekeruhan air, metode penyaringan yang digunakan dan sistem pembuangan lumpur endapan. Sedangkan flokulasi untuk memperbesar dan membentuk kumpulan kotoran. Air akan diaduk hingga tawas bercampur dengan air hingga pembentukan flok lebih efisien.
- Sedimentasi : proses untuk mengendapkan partikel koloid yang telah di-destabilisasi. Proses koagulasi, flokulasi, dan sedimentasi juga disebut proses aselator.
- Disinfeksi & Reservoir : proses pengolahan air juga harus melalui proses disinfeksi dan reservoir. Disinfeksi membutuhkan penambahan ozonisasi, UV, pemanasan, dll sedangkan reservoir yaitu pemeliharaan air di tempat penampungan sementara.
- Fluoridasi : penambahan fluorida untuk mengurangi risiko kerusakan pada gigi manusia
Komitmen Nestlé Dalam Membantu Mengatasi Krisis Air Bersih
Nestlé sebagai perusahaan makanan dan minuman juga ikut membantu mengatasi krisis ketersediaan air bersih. Nestlé bahkan menargetkan agar bisa mencapai zero environmental impact di tahun 2030. Nestlé fokus pada pemeliharaan sumber daya terutama air sehingga generasi mendatang bisa mendapatkan air bersih yang cukup.
Program WATER dari Nestlé diharapkan dapat membantu memberikan pemahaman baik kepada karyawan hingga pihak eksternal terhadap konservasi air termasuk akses air bersih terlebih pengolahan air bersih yang tentunya perlu diperhatikan agar kebersihan dan keamanan air bersih layak minum tetap terjaga.